DIARY I: Tiga Bulan Saja


            Berawal dari sebuah pemikiran yang muncul tiba-tiba menjadi sebuah cita-cita semua cerita ini bermula. Hingga tak pernah terbayang berkecimpung bersama mereka. Menjadi trainer akhwat, rasanya sangat jarang ada anak kecil yang memberikan jawaban demikian ketika ditanya perihal cita-citanya. Rupanya dokter masih menduduki peringkat pertama cita-cita anak-anak imut itu, di bawahnya ada beberapa seperti polisi, pilot, masinis, insinyur, guru, pedagang, dan lain sebagainya. Benar memang, tak pernah terlintas sedikitpun di benakku sepuluh, lima belas tahun lalu. Entah kenapa, waktu itu tiba-tiba terasuki roh cita-cita nyleneh ini.
            Aku tak tahu apa yang menyebabkan aku ditawari bergabung dengan mereka. Yang teringat hanyalah aku pernah mengutarakan cita-citaku ini bersama seorang temanku ketika pengajian bulanan di sekolahku. Masih teringat jelas Ahad, 13 Mei 2010 dengan pakaianku yang serba putih bersama sobat perjuanganku, Atik Setyoasih. Kepercayadirian untuk menyampaikan di depan publik ini mulai menjalar semenjak berforum bersama teman-teman yang begitu meracuniku untuk tetap optimis hidup.
            Berantai semenjak itu, aku mendapatkan surat penawaran dari sebuah lembaga training untuk magang di sana. Kemudian sms pengambilan formulir dan waktu pengumpulan. Semua aku jalani laiknya seorang lulusan yang mencari kerja. Mulai dari tes tulis sampai tes wawancara. Jujur waktu itu aku begitu grogi. Bukan hanya karena menghadap orang-orang yang selama ini aku segani, tapi waktu itu aku menjadi kaum minoritas. Ah, jadi terasa cantik sendiri berada di sarang kakak-kakak penyamun. Hingga sampailah pada pengumuman kelolosanku. Ada kisah yang kala itu tak kulupa sebagai bagian sejarah pendidikanku.
            Di hari dimana pengumuman kelolosan itu di sampaikan via sms, kesempatan itu pula lah aku mengalami depresi hebat. Rasa itu muncul karena terhambatnya proses pendaftaranku pada tes masuk perguruan tinggi. Untuk memunculkan nomer ujianku aku mesti bolak-balik panlok-sekolah. Astaghfirullah…. Dan ternyata inilah awal mula perjalananku 3 bulan ke depan.
            Tiga bulan kurang 2 minggu, aku mengundurkan diri dari magang. Karena aku harus segera meneruskan pendidikanku di luar kota. Sungguh, waktu yang terasa begitu singkat tapi begitu bermakna. Di sana aku belajar bagaimana mengendalikan diri ketika berada di depan publik, di sana aku mengerti bagaimana rasa berbagi dengan orang yang lebih dewasa dan sebenarnya aku sangat ingin menjadi salah satu bagian dari mereka. Ah, bayangpun bagaimana harus tetap menjaga wibawa (baca: jaim) pada trainee yang begitu aku kagumi dan sungguh sangat ingin aku menjadi bagian dari mereka, adik tingkat mereka. Ya Allah, grogi juga sih.
            Waktu itu pun berlalu dengan begitu indah. Walau sudah tiada lagi bersama mereka, tak jarang juga ku gunakan trik-trik yang diajarkan di sana. Alhamdulillah, entah mengapa aku merasa berbeda ketika menyampaikan sesuatu di depan teman-teman. Namun ada yang lebih dari itu, kekeluargaan yang di bangun tiga bulan yang begitu berarti ini. Sinergisitas yang ada di dalamnya. Subhanallah, mengingatkan untuk tetap di jalan-Nya. Bagaimana harus menjaga diri dan menjaga hati. Ku akui rawan sekali interaksi di sini menjadi tak lagi ahsan. Betapa sering berkomunikasi dengan lawan jenis. Bahkan ketika “sial” kita bisa menjadi satu-satunya penghuni basecamp yang paling cantik seperti ku bilang tadi.
            Terima kasih untuk semua atas indah ukhuwah ini. Jazakumullah khair.

Tulisan ini sebagai ringkasan skuel “Be the Best”, kami dedikasikan untuk:
Allah dan Rasul-Nya, yang mengikat hati-hati kami.
JAN inc. Training Team, sebagai lembaga training pertamaku.
Ustadz Muhammad Fatan “Fantastik” Arifin Ulum yang senantiasa mengingatkan untuk tetap menjaga izzah kami.
Mr. Dinda Denis “Dinamiz” Prawitasandhi Putrantya dan keluarga Prof. Edhi Martono yang mengizinkan joglonya untuk kami acak-acak.
Pak Arif Jadmiko, yang senantiasa sabar terutama menghadapi Amalia yang berulah dengan Pak Zaid, sorry Pak.
Atik Setyoasih, yang menjerumuskanku dalam lubang ukhuwah ini.
Mbak Aisyah Noor Astari sebagai satu-satunya anggota yang paling kalem hehe..
Teman-teman tim training, Mas Singgih Pandu Wicaksono (sing sabar nggih), Pak Zaid ‘Amirul (peace), Mas Fahmi Mudaliyanto.
Teman-teman tim writing, Sri Suryani dan Amrina Rustyati yang menambah keriuhan Nah!
Serta Mas Rasyid selaku koordinator kami yang selalu sukses kami kerjai.
Pak Ahmad Rifa’i dan Pak Adhli “Kopi” Ghaniy yang sering memberikan intervensi pada Amalia untuk membuat skala prioritas dalam segala hal.
Selamat berjuang dimanapun antum berada semoga Allah mengumpulkan kita di JanNah-Nya. Amin. Allahu Akbar!!!

Comments

Post a Comment

Thanks for your attention. Nice to meet you.