Kesan Pertama Harus Menggoda, Selanjutnya Terserah Kita


-->
Tribute to Asisten Baru Agama Islam

                Membaca judulnya mungkin membuat Anda shock berat. Menggoda? Ha, apa?! Ya, inilah kisah sekaligus kesan pertama kami saat harus membina.
                Seperti yang disampaikan Rasul, bahwa “Sebaik-baik manusia adalah yang memberikan kemanfaatan bagi sesamanya.” Sampai-sampai kalimat ini menjadi favorite quotes seorang kawan. Memberi kemanfaatan dapat dilakukan dengan banyak hal. Satu diantaranya adalah menyampaikan (baca: mensyiarkan) walau hanya satu ayat. Tampaknya universitas memfasilitasi kami dengan ladang untuk menyemai kebaikan. Ya, ladang itu bernama Asistensi Agama Islam atau yang biasa disingkat AAI. Di pawiyatan kami, agenda seperti ini sudah tak menjadi suatu amniyah (baca: rahasia) lagi. Sesama mahasiswa, dosen, bahkan rektor sekalipun merestuinya. Kalaupun ada pihak-pihak yang tak berpihak rasanya tak banyak.  Kami yakin hal ini bukanlah perjalanan mudah untuk mewujudkan hal ini. Tentu ada perjuangan hebat para pendahulu-pendahulu kami. Jika dulu perlu sedikit “kebohongan yang dibenarkan” untuk menghadiri agenda seperti ini maka, sekarang akan lazim kita dengan jawaban “Mau AAI” saat seseorang ditanya tujuan kepergiannya. Alhamdulillah.
                Sedikit memperkenalkan AAI adalah supporting system dari matakuliah Agama Islam. Sehingga, AAI ini bersifat wajib terutama bagi mahasiswa baru. Dalam AAI dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil sekitar lima sampai sepuluh orang laki-laki saja atau perempuan saja. Tiap kelompok diampu satu sampai dua asisten mahasiswa. Menurut info pembagian ini berdasarkan pemahaman terhadap Islam (termasuk asistennya). Dalam kegiatan ini tetap ada kurikulum yang berlaku dan harus disampaikan asisten kepada binaan. Penilaian yang dilakukan asisten kemudian disampaikan kepada dosen pengampu untuk diolah menjadi nilai akhir.
                Kembali mengenai kesan pertama yang menggoda. Kenapa harus menggoda? Ya, agar binaan tak terbirit-birit mengingat tak semua binaan berafiliasi dengan baik terhadap Islam. Pemilihan tempat, variasi materi, surprising moment, dan lain sebagainya. Mulai dari yang memilih tempat paling intensif nan teduh, mushalla hingga kebon sebelah kampus (baca: outrance).
                Untuk selanjutnya terserah kita. Benar memang, pengkondisian itu sangat bergantung pada asisten. Selain juga kreativitas dari adik-adik binaan. Ini semua dalam rangka menjadikan materi yang disampaikan mendarah daging pada binaan, teraplikasikan dengan baik dalam kehidupan sehari-hari tanpa terkesan menggurui dan berasal dari hati binaan. Bukan karena takut asisten, ngeri sama dosen, kurikulum, hingga IP (Indeks Prestasi).  Sebut saja nonton film, mini outbound, shopping, bikin kerajinan tangan, masak, sampai futsalan (ngung..ngung..ngung..).
                Tak hanya performance yang harus prima tapi materipun harus shahis plus info-info yang selalu update, tak menutup kemungkinan info-info gaul khas ABG. Pasalnya tanpa segudang ilmu kita bak ”kacang kopong” yang cuma berkulit aja tanpa isi.
                Hmm,,di tengah lika-liku membina ada-ada aja kisah-kisah menggelikan perjalan kami. What?! Biasanya hal ini terungkap saat sesi CURSOL (Curhat and Solusi) Talaqi Asisten. Mulai dari binaan yang ngefans abis sama Korea-Korea-an gitu deh, pertanyaan-pertanyaan yang bikin kepala berotasi kenceng, hingga cerita-cerita kejadian ghaib dari binaan yang rawan mempengaruhi akidah.
                Subhanallah,,begitu banyak pelajaran yang didapatkan saat membina tapi biidnillah insya Allah semua ada hikmahnya.

Teruntuk adik-adik pemberi inspirasiku saat pertama membina:
Dek Dita, Dek Arifa, Dek Devita, Dek Gadis, Dek Diah, Dek Nurul, Dek Rista, Dek Avrina.
Lanjutkan langkah-langkah kami ya!
  

Comments