Dua Lembar Tiket Kereta

...Catatan akhir 2015...

          Rindu kampung halaman, mudik, berebut moda transpor, dan segudang kata yang berkait dengannya. Dulu aku tak sebegitu memahami urgensinya, menganggapnya angin lalu dan ya...semua akan kembali seperti semula ketika euforia Lebaran usai. Hingga Allah mengizinkanku, menempuh pendidikan Farmasi di ujung timur Jawa Dwipa. Butuh enam jam bersama kereta ekonomi untuk menempuhnya.

          Pulang, rumah, dan keluarga adalah kata yang begitu dirindu. Meski setiap pulang selalu ada "baku hantam" dengan adik tercinta. Hingga "jadwal pulang" adalah salah satu list yang terpampang dalam buku agenda atau semacamnya.

          Awal 2016, bersamaan dengan niat untuk mengunjungi kakak tingkat yang menempuh hidup baru, aku pun merencanakan pulang. Ya, pulang kampung. Sejak sepekan sebelum keberangkatan mulai search sana-sini, dari tiket kereta hingga bus patas.

          Innalillahi, kehendak Allah luar biasa. Semua tiket balik dari daerah asal ke Stasiun Gubeng, Surabaya dengan "tarif normal" habis. Padahal keingingan itu begitu kuat. Pulang, untuk menambah bahan bakar, agar semangat ini kembali menyala. Pasrah.

          Kamis, 31 Desember 2015, hari di mana aku sungguh ingin pulang. "Terpaksa" ku habiskan akhir tahun dengan dua ujian akhir semester, Farmasi Masyarakat dan Pengembangan Obat Baru. Slide demi slide hingga soal demi soal. Selesai sudah 2015.

          Gamang, ketika keluar ruang ujian. "Ya Allah, agenda apa yang akan aku lakukan ketika tak bisa pulang?", demikian gumamku. Bahkan ketika ketua baru lembaga dakwah kampusku bertanya, "Mbak, setelah ini (sowan ke pembina baru) mau kemana?", aku hanya dapat menjawab, "Nggak ada agenda apa-apa setelah ini."

          Setelah 'Asyar sore itu, "ku nikmati" dengan kembali sowan sekedar minta acc Pak Pembina baru eks UKM-ku. Demi, menutupi keinginanku untuk pulang yang tak pasti.

          Alhamdulillah, ACC ku dapat. Aku pun bersiap kembali ke kontrakan, menghabiskan malam berkurangnya kehidupan dengan anak-anak rantau berkualitas. Ya mereka berkualitas, karena hidupnya di malam berkurangnya tahun tak dihabiskan di jalanan meski hanya keluar dengan lelaki yang tak pasti membawanya ke surga. Tetiba, saat aku telah siap di atas belalang tempurku ada yang menarikku untuk menunda pulang. Jurnal referensi skripsi, yang hanya bisa ku unduh dengan wifi kampus.

          Ku tinggalkan belalang tempurku demi berjalan membelah lorong lapangan bulu tangkis fakultasku. Sepi fakultas ini ketika ditinggal pejuang-pejuang ilmunya mudik ke kampung halaman. Hanya segelintir mahasiswa pasca sarjana dan bapak-bapak laboran yang berkeliaran. Akan ku habiskan libur panjang ini dengan menekuri satu demi satu jurnal referensi skripsi, bayangku.

          Masyaa Allah, indah betul rencana Allah. Allah menggerakkanku untuk membuka website PT. Kereta Api sekedar memastikan bahwa aku tetap bertahan di Surabaya awal tahun ini. Habis, tiket untuk Ahad, 3 Januari 2016 dari Solo Balapan. Allahu Akbar! Ketika borang ku ganti Jurusan Purwosari-Surabaya Gubeng tiket yang selama ini habis "berubah " menjadi booking. Segera ku booking dan penuhi semua administrasi reservasi tiket. Maghrib itu pula bergegas ke stasiun terdekat untuk cetak tiket baik berangkat maupun pulang.

          Allahu Rabb, sebuah pengingatan akhir tahun bahwa,
"Barangsiapa menolong (agama) Allah, maka (Allah akan) menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu" dan ingatlah bahwa pertolongan Allah itu datang dari arah yang tak disangka-sangka."
     Padahal, niatku "hanya" ingin menemani pengurus-pengurus baru LDKku untuk sekaligus sowan ke Bapak Pembina tapi, Allah hadiahkan dua tiket kereta untukku. Satu untuk pulang, satu untuk balik. Ah, kalau begini mana bisa nggak baper, Allah aja perhatian banget sama kita masa' kita nggak pernah perhatian sama pemberian Allah yang luar biasa ini?

Perjalanan perdana 2016,
Surabaya Gubeng-Lempuyangan
Bersama Gaya Baru Malam Selatan

Jazakumullah "adik2" pengurus JANUR UKMKI 32 atas kesempatannya menjemput pertolongan Allah.

Comments