Menawar Harga Integrasi

         
Integrasi, pembauran hingga menjadi kesatuan yang bulat dan utuh demikian Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online menjelaskan. KBBI menambahkan pula tujuan dari integrasi, yaitu mencapai keserasian fungsi dalam kehidupan bermasyarakat melalui definisi integrasi kebudayaan. Integrasi tidak hanya terbatas pada budaya, acapkali kita dengar perlunya integrasi dalam rangka mewujudkan ketahanan nasional. Penggunaan kata "integrasi" pada berbagai ruang kehidupan ini menunjukkan keluasan makna dari integrasi. Selain itu juga menunjukkan tingkat vitalitas dan urgensi dari kata integrasi ini.
          Prinsip persatuan tidak terbatas pada ketahanan nasional, Islam pun mengenal demikian. Wihdatul Ummah, demikian Islam menyatakan tentang persatuan umat, suatu cita-cita yang harus diusung umat Islam bersama. Salah satu manifestasi Wihdatul Ummah telah dicontohkan oleh para pendahulu bangsa ini, sepintas kita bisa melihatnya melalui pendirian Jong Islamieten Bond, Sjarekat Dagang Islam, Taman Pewarta, Madjelis Islam A'la Indonesia, dan sebagainya. Sayang sejarah persatuan umat Islam Indonesia ini menjadi korban deislamisasi politik sehingga kemenangan nyata ini terkubur dalam distorsi Sejarah.
          Keselarasan makna inilah yang kemudian diadopsi menjadi tema besar pada dakwah kampus kita tercinta, Universitas Airlangga. Salah satu kampus tertua di Indonesia baik dalam bidang akademik maupun rekam jejaknya di dunia dakwah kampus. Sebagai pengingat, bahwa kampus yang lahir 11 November 1954 ini merupakan tempat yang menjadi saksi sejarah pertama kalinya penyebutan kata "FSLDK", Forum Silaturahim Lembaga Dakwah Kampus 1987 silam. 
          Pedoman Dakwah Kampus periode 2009-2014 menyebutkan bahwa tema besar "Integrasi" barulah muncul pada tahun 2008 sebagai sebuah upaya perbaikan. Tema besar ini kemudian dibumikan sebagai sebuah jargon yang umumnya kembali naik daun saat suksesi dan awal masa bakti. Oleh karena itu, sebagai upaya pewarisan dan penanaman nilai-nilai integrasi ini, menjadi sangat penting adanya transfer nilai antara generasi pendahulu dan penerusnya agar "Integrasi" tidak sebatas jargon yang lantang disuarakan, tetapi terkristalisasi dan termanifestasi dalam kehidupan keseharian. 
          Integrasi dalam dakwah kampus sendiri merupakan suatu keniscayaan. Tanpa adanya integrasi, tak menutup kemungkinan akan muncul faksi-faksi, yang mana antar faksi tersebut rentan adanya friksi. Friksi adalah sesuatu yang sangat dihindari, karena dengannya akan memunculkan celah yang dapat dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tak menyukai kemenangan Islam (kembali) dan berupaya merontokkan barisan dakwah ini. Integrasi merupakan suatu cara pengorganisasian yang rapi dalam upaya mewujudkan kemenangan Islam, sebab seperti sebuah adagium yang menyatakan bahwa, "Kebathilan yang terorganisir akan mengalahkan kebaikan yang tidak terorganisir". Secara eksplisit, Allah telah menerangkan integrasi ini dalam bahasa-Nya melaui QS. Ash-Shaf: 4, "Bahwa Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya, (yang membentuk) barisan-barisan atau shaf-shaf sebagaimana bangunan yang kokoh".
          Integrasi meliputi tataran paradigma dan teknis. Paradigma integrasi dakwah kampus adalah pemikiran yang integral antar lini dakwah kampus yang bisa jadi berbeda berdasarkan kematangan, kesiapan, dan kemandirian antara kampus satu dengan yang lain. Da'awiy, siyasi, ilmiy, tarbawi, dan faani, adalah lini-lininya. Namun, di sini tidaklah akan dibahas tentang integrasi kelimanya.
          Integrasi secara teknis pada dakwah kampus adalah upaya untuk menyatukan elemen-elemen yang ada di kampus, baik elemen berdasarkan status pada masyarakat kampus (mahasiswa, dosen, dan staf), struktur akademik (jurusan, fakultas, dan universitas), dsb., termasuk juga meliputi organisasi-organisasi mahasiswa. Mengerucut pada tataran organisasi-organisasi mahasiswa yang afiliatif pada dakwah kampus inilah kita akan berselancar.
          Integrasi dalam tataran organisasi dakwah kampus di Universitas Airlangga secara teknis diartikan sebagai penyatuan gerak antara lembaga dakwah fakultas yang terdapat dalam 14 fakultas yang dikoordinatori oleh lembaga dakwah universitas atau yang disebut sebagai Unit Kegiatan Mahasiswa Kerohanian Islam (UKMKI). Kombinasi integratif 15 elemen tersebut yang kemudian disebut sebagai Jamaah Nuruzzaman berdasarkan markas besarnya, Masjid Nuruzzaman. Integrasi 15 elemen ini dilakukan sebagai upaya untuk menyamakan suhu antar elemen-elemen tersebut dalam rangka mewujudkan tujuan dakwah kampus poin ke-2, yaitu mewujudkan kampus sebagai pusat transformasi keumatan.
          Integrasi dakwah kampus diharapkan juga mampu menjadi percepatan gerak amar ma'ruf nahi munkar di tingkat Universitas Airlangga. Analog dengan sapu lidi, dapat kita renungkan lama lidi yang "seorang diri" untuk menyapu katakanlah suatu lapangan bulu tangkis saja dengan lidi yang telah terikat erat membentuk tatanan sapu lidi. Adakah sama di antara keduanya? Hal inilah yang melatarbelakangi munculnya sistem integrasi dakwah kampus di Universitas Airlangga.
          Berbagai fungsi dapat dijalankan oleh sistem integrasi. Mulai sekedar berbagi semangat, sharing informasi, hingga pada tataran program dapat dilakukan featuring program seperti pelatihan dakwah kampus, pelatihan mentor, hingga sharing mentor. seperti dikatakan sebelumnya bahwa tujuan sistem integrasi ini adalah mewujudkan suhu yang sama antar fakultas baik pada kekuatan syiar maupun kaderisasinya sehingga harapannya fakultas-fakultas yang telah membumbung tinggi seperti Fakultas Kedokteran (Syiar terbaik 2014), Farmasi (Kaderisasi terbaik 2014), Keperawatan (Kaderisasi terbaik 2015), dsb. mampu menularkan minimal pada fakultas-fakultas di sekitarnya untuk sama-sama memenangkan dakwah kampus.
          Memang, integrasi bukanlah suatu sistem tanpa cacat. Islam memang sempurna, tetapi jamaah ini adalah jamaah manusia. Manusia sendiri adalah makhluk yang diciptakan tak dapat terlepas dari kesalahan dan kelemahan. Karenanya premis ini dapat ditarik simpulan bahwa integrasi adalah suatu sistem yang tidak dapat terlepas dari kesalahan ataupun kelemahan. Namun, bukan berarti sistem ini tidak boleh dijalankan. Adanya perbaikan demi perbaikan harus selalu dilakukan sebagai ikhtiar untuk menuju kesempurnaan. Bahkan telah dinyatakan bahwa keputusan yang dihasilkan dari hasil syuro akan jauh lebih baik jika dibandingkan dengan keputusan yang diambil seorang diri, meskipun keputusan syuro tersebut tidakkah sempurna.

Wallahu'alam bish showab,

Demarkasi gempa, 18 Jumadil Ula 1437

yang sedang belajar berjalan bersama jamaah manusia,
tukang sapu SC UKMKI 2015,
tukang cuci LASKAR 2015,


@amaliarizkigita

Referensi:
Athian, Ahmad, 2010. Menuju Kemenangan Dakwah Kampus. Surakarta: Era Intermediate Adicitra
Hussain, Jabir bin Muhammad ibnu Ali, 2009. Menuju Jamaatul Muslimin (terj.). Jakarta: Robbani Press
Prayoga, Adistiar, dkk., 2012. Pedoman Dakwah Kampus Universitas Airlangga 2012-2014. Surabaya: Jamaah Nuruzzaman Unit Kegiatan Mahasiswa Kerohanian Islam
Suryanegara, Ahmad Mansyur, 2014. Api Sejarah 2. Bandung: Salmadani
Tim BK SPMN FSLDK GAMAIS ITB, 2007. Risalah Manajemen Dakwah Kampus. Bandung: Institut Teknologi Bandung
Kamus Besar Bahasa Indonesia Online (kbbi.web.id/Integrasi, diakses pada Sabtu, 27 Februari 2016 pukul 06.14)

Comments