Pandemi dan Media Video Conference

Lebih dari satu semester sejak kejadian luar biasa ini ditemukan dan statusnya berubah menjadi pandemi. Unprecedented crisis, yang kejadiannya merubah seluruh tatanan bumi. Pergerakan manusia yang awalnya bebas jadi terbatas, kehidupan yang semula dengan mudah dilakukan dalam dunia nyata harus berpindah ke dunia maya, memberikan begitu banyak hikmah yang tiada terkira.

On the one side, pandemi yang telah merubah banyak hal ini juga mematikan rencana-rencana dan mimpi banyak manusia, Begitu banyak agenda nasional dan internasional yang harus tertunda dan pada akhirnya dilaksanakan secara virtual, ada banyak orang yang berencana melakukan migrasi untuk kehidupannya yang lebih baik, seperti bekerja atau melakukan pendidikan pada awal pandemi ini mendadak gelap dan seolah tak punya hari esok. Ada pula orang-orang yang terpaksa kehilangan pekerjaan bahkan tak sedikit yang harus kehilangan nyawa. Banyak pula hari-hari keagamaan yang berlaku tak seperti tahun-tahun sebelumnya.

On the other hand, ada banyak hikmah dari kejadian pandemi ini, diantaranya mengajarkan setiap orang untuk bisa mengelola keuangannya dengan sebaik-baiknya, memiliki dana cadangan untuk life-saving, begitu pula manusia dituntut untuk cepat beradaptasi, termasuk salah satunya dalam belajar menggunakan teknologi, menerapkan long distance learning atau blinded learning, termasuk dalam penggunaan media conference.

Di awal pandemi ini, saya yang saat itu masih mengajar harus cepat belajar secara autodidak penggunaan media-media ini. To be honest, saya sudah punya Skype dari sejak kuliah, tapi tidak pernah dipakai. Tahu ada Google Hangout, dsb. tapi, tidak ada challange untuk menggunakannya. Walhasil, pandemi ini memaksa saya untuk segera belajar.

image

GO TO MEETING, media konferensi warna orange inilah yang pertama saya pakai dengan edisi gratisan 14 hari. Saya terinspirasi dengan media ini karena beberapa kali mengikuti webinar yang diselenggarakan Federation of International Pharmacist menggunakan media ini. Benefit dari media ini adalah bisa menampung hingga 250 akun sehingga saat itu bisa mengajar seluruh siswa satu angkatan dalam satu kali meeting. Selain itu, pembuatan link undangan meeting juga lebih mudah, terdapat analisis dan traffic jumlah peserta, rekaman meeting, tidak ada duration limit, dan rekaman dapat diunduh dengan sesegera mungkin setelah selesai rapat dengan tampilan yang mirip dengan Zoom. Kekurangannya media edisi gratisan ini terbatas hanya 14 hari selain itu tidak mudah dioperasikan bagi sebagian orang dan memakan banyak kuota. Selain Go To Meeting yang memang didesain seperti rapat virtual, ada Go To Webinar yang lebih bersifat satu arah seperti dalam seminar.

image

GOOGLE MEET, aware kalau penggunaan Go To Meeting gretongan memiliki time limit serta mencoba mencari media lain yang lebih user friendly, lebih mudah dioperasikan, apalagi saat itu banyak isu jika Zoom Meeting tidak aman, akhirnya menemukan media berwarna hijau ini. Sebagai kolektor email Google (saya sampai punya 5 email Google dengan peruntukan yang berbeda2) sebenarnya aplikasi ini sudah sering nongol. Seperti media sebelumnya, ini juga saya gunakan versi gratisan. Meskipun gratisan, media ini cukup panjang durasinya, konon ada info jika media ini tetap memiliki duration limit, tapi setidaknya untuk tidak lebih dari 2,5 jam media ini dapat digunakan tanpa terputus. Benefit lain dari media ini adalah kualitas video cukup bagus, sinyal stabil, kuota relatif sedikit, meeting tidak akan berhenti jika host tiba-tiba keluar dari room, dan peserta maupun host tidak perlu mengunduh aplikasi, (meskipun pada akhirnya saya mengunduh mobile apps agar lebih mudah membuat jadwal tanpa harus membuka laptop). Mungkin karena mengutamakan kualitas video, berdasar pengalaman rekaman baru dapat didownload sekitar 1 jam kemudian melalui Gmail, untuk panjang video sekitar 2 jam. Tampilan rekaman GMeet pun berbeda dengan Zoom, GMeet akan merekam tokoh utama yang mengeluarkan suara dan tidak bisa merekam seluruh aktivitas peserta dalam “tampilan kecil-kecil”. Relatively aman karena link dan password dikirim melalui email masing-masing, dan pada layar host akan tampak notifikasi jika peserta tidak memiliki domain yang sama dengan host, apakah eligible to be attendee or not, dan host berhak menolaknya. Catatan bagi yang akan menjadi host dengan media ini diharuskan menggunakan email institusi, sepertinya media ini not purpose for personal email.

image

ZOOM, media video konferensi yang paling terkenal di antara semuanya. Awalnya saya menggunakan media ini hanya sebagai peserta. Bahkan saya terkagum-kagum dengan media ini yang memiliki kemampuan breakout, yang bisa memecah peserta dalam beberapa room-room kecil ketika menjadi peserta dalam sebuah virtual fair sebuah pameran pendidikan internasional. Semakin merasa unyu lagi dengan media ini ketika mengikuti webinar-webinar yang bisa melakukan pengaturan mematikan semua mic dan kamera peserta, termasuk chat, bahkan peserta hanya diberikan kesempatan bertanya melalui tombol Q n A. Cukup tidak mengganggu konsentrasi pemateri dan host. “Sayangnya” media ini memiliki duration limit selama 40 menit, kecuali untuk orang-orang yang mendapatkan previlege untuk dapat gratisan full service. Konon, media ini selain mudah dalam pembuatan agendanya, media ini juga bisa digunakan untuk membuat polling. Awalnya saya parno dengan media ini karena isu cyber security-nya pada akhirnya “bodo amat”, lagipula semua rekam jejak kita di media juga “diawasi” dan dapat terlacak.

image

Media konferensi terakhir yang saya gunakan kembali adalah Skype, media warna biru juga selain zoom yang sebenarnya sudah saya tahu sejak lama, tetapi baru saya urus lagi hari ini karena membutuhkan ID-nya untuk keperluan apply scholarship. Honestly, saya belum cukup advance dalam penggunaan media ini. Perhaps, next time I can give you my opinion about this media.


Well done, mungkin sekian tulisan saya. Mana yang lebih baik? Depend on your purpose

Comments